Senin, 15 April 2013

"Sejarah Tidak Bisa di Ubah"

Hidup bukanlah seperti matahari, yang bersinar sepanjang hari. Hidup juga bukanlah angin yang terus mengembara melintasi musim dan masa. Hidup sederhana saja, ia laksana musim bermekaran bunga, singkat, indah dan pasti akan meluruh. Tak ada bunga di dunia ini yang benar-benar abadi, sekalipun edellweis dari dataran dan puncak gunung tinggi. Semuanya laksana musim, berganti dan terus berganti. Tak ada kemarau sepanjang tahun, tak ada pula hujan seluruh waktu. Hidup punya logikanya sendiri. Kadang panas, kadang hujan. Kadang suka kadang duka. Kadang sehat, dan terkadang sakit. 

Dalam sebuah kesemapatan, seorang tokoh dunia hiburan Amerika serikat mengatakan :
“ Jika anda menginginkan pelangi, anda harus rela untuk bertahan dalam hujan”.

Benar apa yang dikatakannya, untuk bisa sukses, kita harus berani menanggung segala resiko yang terjadi. Sekalipun bertahan dalam hujan atau bahkan badai. Dan dari sinilah segala macam teori, konseptual, keyakinan dan loyalitas kita diuji. Melawan badai berarti membuktikan karakter dan merahnya darah kita. Siapa yang teruji ia akan terus melaju bersama dan siapa yang gagal dan menyerah ia akan terpinggirkan jaman. Berada dalam kisah-kisah masa lalu yang secara perlahan akan terlupakan.

Dalam organisasi, maupun individual nantinya, kegagalan bukanlah hal yang harus ditakutkan. Dengan kegagalan kita bisa belajar dan punya pengalaman. Dan dengan pengalaman, kita mampu memberikan nilai terhadap proses yang kita jalani kemudian. Tak ada yang tiba-tiba menang dalam sebuah pertandingan, dan tak ada cerita sukses sebuah organisasi tanpa rentang panjang perjalanan yang dilaluinya. Dan tentu saja dalam perjalanan itu, bisa dipastikan tidak semua laksana jalan tol, mulus tanpa lobang dan kerusakan. Normalnya kehidupan, dalam sebuah proses perjalanan, ada saja satu, dua, atau kesekian akan mengalami ketidaksuksesan atau kegagalan.

Berani menanggung kegagalan adalah jiwa kstaria dan pemberani. Bukan harus lari dan dihindari. Disinilah lagi-lagi karakter menentukan seberapa kuat seseorang bertahan dalam terpaan kegagalan amat menentukan. Ia bertahan atau lari mengindar, keduanya adalah pilihan yang rasional. Siapapun boleh-boleh saja terus bertahan atau memilih keluar dari gelanggang. Tokh, permainan tidak hanya akan kita temui saat ini saja. Dalam waktu dan kondisi yang kurang lebih sama, kita juga pasti akan bertemu dengan sebuah badai yang mengguncang kesadaran kita, memilih bertahan atau lari menghindari kenyataan.

Hadapi bahwa ketidaksuksesan memang terjadi, tetapi ketidaksussesan tidak berarti kita gagal. Ketidaksuksesan hanya berarti bahwa kita harus mencoba lagi. Lagi dan lagi. Pertanyaannya seberapa besarkah keinginan kita untuk sukses? Apakah cukup besar untuk kembali memulai dari awal?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar